Cerpen : Hadiah Terbaik Dari Fitri

sarapan.
"Oh ia, tapi tadi padahal aku sudah siap!" Sahutku sedikit jengkel.
"Mungkin, Kak Danu tadi gak liat kalo kamu udah siap. Yaudah nanti Ibu tambahin uang sakunya. Tapi abisin dulu sarapan

paginya!" Bujuk ibu.
"Iah... terserah deh!" Sahutku lirih.
"Ini uang saku kamu udah Ibu tambah, Kalo udah selesai gak usah diberesin biar ibu yang beresin nanti. Ibu tinggal dulu ke

dapur ya!" Pesan ibu sambil pergi ke dapur.
"Ia..!" Sahutku malas.

Kuselesaikan sarapanku lalu bergegas keluar rumah untuk menunggu angkot. Karena biasanya kalo pagi hari angkot jarang lewat

di depan rumahku. Jadi harus sabar menanti kedatangannya.

Namun beruntungnya aku hari ini selang 5 menit aku menanti kedatangannya akhirnya nongol juga satu angkot jurusan ke

sekolahku. Betapa senang hatiku karena aku tak harus menunggu lama.

"Kiri Bang!" Teriakku sambil melambaikan tangan.
"Ayo masuk nak....!!!" Sahut Abang Sopir Angkot.

Angkot pun berlalu pelan sambil mencari penumpang. Satu per satu penumpang naik menempati kursi kosong yang ada didalam angkot. Akhirnya angkot yang ku tumpangi sampai di depan sekolahku.

"Kiri Bang!" Sahutku kencang.
"Ini Bang!" Ucapku sambil menyodorkan uang 10 ribuan ke sopir angkot.
"Aduh, mana ada kembaliannya nak. Yaudah gak usah kamu bayar kalo gitu!" Ucap sopir angkot.
"Aduh, jangan bang. Aku jadi gak enak kalo gini!" Balasku.
"Gak papa nak. Gak ada kembaliannya!" Abang sopir angkot membalasku lagi sambil menancapkan gasnya.
"Yaudah kalo gitu. makasih bang!" Sahutku.

Berlalulah angkot yang kutumpangi tadi, namun mataku tiba-tiba terperangah oleh sesosok wanita yang selalu membuat hatiku bergetar bila ku berada di dekatnya. Dari arah berlawanan terlihat Fitri yang berjalan menuju ke arah ku. Oh sial apa yang harus aku lakuin kalo dia datang menghampiriku.

"Pagi, di!" Sapa Fitri dengan senyumnya yang lembut.
"Pa..Pa..Gi!! Ehmm..Ehmm..!!" Sahutku grogi.
"Kamu sakit ta di!" Tanya Fitri kepadaku.
"OH gak cuma tadi tenggorokanku agak kering!" Balasku perlahan.
"Oh yasudah ayo masuk kelas kalo gitu!" Ajak Fitri.
"oh yaa ayo!" Sahutku kembali grogi.

Kami berduapun masuk ke dalam kelas dan meletakkan tas masing-masing. Tapi Fitri tetap duduk dibangkunya sambil membuka alat rias khas seorang cewek. Sedangkan aku berjalan menuju ujung kelas mengambil sapu karena hari ini jadwalku piket kelas.

Waktu seakan berjalan tak karuan seiring dengan detak jantungku yang berdebar tak karuan. Meski tangan ini menyapu halaman tapi sesungguhnya mata ini tertuju pada sosok Fitri. Alahkah cantik orang ini. Setiap ku melihatnya selalu ada perasaan yang entahlah aku tak tahu namanya. Sayang tidak hanya aku yang merasakan perasaan yang sama padanya. Hampir semua murid di sekolahku menyukainya dan ini membuatku takut untuk mendekatinya.

"Tumben kamu masuk pagi, Ndi!" tanya Fitri memecah keheningan.
"Oh... ia soalnya ada piket!" Jawabku sedikit gugup.
"Wih keren kamu di, jarang ada cowok mau piket!" Puji Fitri dengan senyum khasnya.
"Oh ia ta, hehehe!" Balasku sedikit tersipu malu.

Oh alahkan senang hatiku dipuji oleh Fitri. Tapi ingin ku terus ngobrol dengannya tapi ku tak tahu harus memulainya dari mana. Hingga akhirnya hanya lamunan-lamunan yang menemaniku meyapu. Dan akhirnya tak terasa anak-anak udah pada berdatangan. Dengan cepat ku selesaikan lamunan dan menyapuku. Dan hanya ada rasa penyesalan mengapa aku tak bisa ngobrol lebih lagi.

"Wuih udah selesai!" Tanya Fitri sambil menepuk pundakku.
"Oh ia udah selesai!" Sahutku bingung.
"Oh ia aku punya sesuatu buat kamu. Aku taruh di dalam kolong bangkumu ya!" Ucap Fitri kepadaku sambil berlalu.
"Sesuatu apa?" Tanyaku kepadanya.
"Liat aja ndiri!" Balasnya dengan sedikit tersenyum dan berlalu menjauh.

Dengan begitu banyak perasaan penasaran aku segera menuju kebangku. Tak sabar rasanya ku ingin melihat sesuatu yang diberikan oleh Fitri kepadaku. Kulangkahkan kaki ku begitu cepat menuju bangku. Lalu ku periksa di kolong bangkuku. Dan hal yang tak kuduga telah kudapati.

Ada sebuah kotak yang dibungkus dengan rapi dengan kertas kado pink bergambar love. Kubuka lalu betapa terkejutnya diriku ketika ku lihat ada sebuah coklat dan ucapan selamat ulang tahun.

Oh tuhan. Betapa indah pagi ini, bahkan diriku sendiri tidak menyadari jika hari ini aku ulang tahun. Tak perlu lagi hadiah yang lain karena ini sudah lebih dari kata cukup.

Namun masih tersisa rasa penasaran yang harus aku tuntaskan dengan Fitri. Ya aku bersumpah akan menyatakannya padanya. Hari ini.